EKSISTENSI TENUN PAPINTAN SEBAGAI MEDIA PENGOBATAN TRADISIONAL DAN SPIRITUAL

  • Norfaizah
  • Husin
  • Miftahul Jannah
Keywords: Papintan, Sarigading, Pengobatan, Tradisional, Spiritual

Abstract

Tenun papintan diwariskan dan berkembang pada masyarakat Sungai Tabukan-Alabio, Kalimantan Selatan. Tenun papintan digunakan sebagai pakaian sehari-hari, upacara keagamaan dengan simbol yang melambangkan kekuasaan dan status sosial, uniknya lagi dapat berfungsi sebagai media pengobatan tradisional dan spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan corak ragam tenun papintan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif, dimana data yang diperoleh dari masyarakat Sungai Tabukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenun papintan terdiri dari berbagai corak yang memiliki nilai dan makna spiritual tersendiri. Diantaranya Sarigading, anakan hirang, anakan habang, ramak sahang hirang, ramak sahang putih, katutut, kasturi masak, keladi banyu, kelapa kuning, paring anom, bakampat, pungling dan wadiwaringin. Tenun papintan yang sering digunakan dalam media pengobatan tradisional dan spiritual adalah kain dengan corak sarigading. Kain ini dipercaya masyarakat Banjar sebagai media pengobatan bagi penderita penyakit mistis yang tidak dapat disembuhkan secara medis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keberadaan tenun papintan sebagai media pengobatan dan spiritual mulai dilupakan oleh masyarakat, sehingga diperlukan adaya upaya untuk terus melestarikan keberadaannya. Pemerintah juga perlu mendorong kreativitas masyarakat dalam upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan bermanfaat bagi kemajuan usaha mikro berbasis kearifan lokal.

References

Ardani, I. (2013). Eksistensi dukun dalam era dokter spesialis. Lakon: Jurnal Kajian Sastra Dan Budaya, 1(2).
G Sanusi, D. (2019). Memori dari Benang Lawai dan Kain Pipintan. Jejakrekam.Com.
Harisuddin, A. (2020). Urang Banjar: Asal-usul dan identitasnya. Osfpreprint.
Husin, N. A. (2020). Nilai-nilai pendidikan Islam dari ornamen arsitektur masjid Assu’Ada Waringin.
Ilyas, A. (2018). Paradigma masyarakat tentang dukun. Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, IAIN Tulungagung, Vol. 06, No. 02.
Jumadi, J. (2016). Ringkasan hasil-hasil kajian budaya dan sejarah banjar. Penerbit Ombak.
Kadir, S. (1982). Tenun Sarigading. Pemerintahan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Kartiwa, S. (1996). Kain papintan Sungai Tabukan Alabio Kalimantan Selatan. Proyek Pembinaan Museum Nasional.
Kurnia Wati, R. (2019). Tampilkan penenun kain Sarigading Stand Pemkab HSU Jadi Perhatian Pengunjung. Banjarmasin Post.
Maskurin, M. (2017). Persepsi masyarakat tentang tradisi piduduk dalam pernikahan adat Banjar Perspektif ’Urf. Skripsi.
Mulyono Notosiswoyo, S. S. (2005). Pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek pada masyarakat Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian, Science and Technology Indeks (SINTA), 2(3).
Sudjatmiko Setyobudihono, E. I. (2014). Nilai budaya masyarakat Banjar Kalimantan Selatan: Studi Indigenous. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 5(1).

Sugiyono, S. (2018). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Susvita, L. (2016). Kajian budaya dan makna simbol perilaku ibu hamil dan ibu nifas. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(2).
Ulul Maskuriah, E. A. (2015). Tenun “Pengobatan” Sarigading HSU.
Published
2021-11-01