MUSEUM DALAM BUDAYA DIGITAL : KETIKA SENI DAN BUDAYA MENJADI LEBIH BERMAKNA DI MASA COVID-19 (STUDI KASUS: TUR VIRTUAL REALITY MUSEUM DALAM PLATFORM GOOGLE ARTS & CULTURE)
Abstract
Sejak Maret 2020, sebagian besar lembaga seni budaya di seluruh dunia telah ditutup dengan batas waktu yang tidak pasti. Menanggapi kondisi ini diperlukan upaya intensif untuk menyediakan layanan alternatif melalui platform digital untuk mempertahankan aktivitas-aktivitas penting. Upaya ini ternyata juga mendorong timbulnya kreativitas para seniman dan lembaga-lembaga seni budaya untuk berinovasi menciptakan ruang apresiasi virtual. Pameran virtual akan mendapat tempat di masa depan, dan epidemi mempercepat prosesnya. Platform Google Arts and Culture telah bermitra dengan 1200 museum terkemuka untuk menampilkan pameran mereka secara online dan menyusun tur virtual di seluruh dunia. Tulisan ini akan membahas bagaimana museum menemukan solusi inovatif bagi dunia Seni dalam masa pandemi dengan mengadopsi teknologi digital. Secara khusus tulisan ini juga menelaah bagaimana tur Virtual Reality melalui Google Arts & Culture menawarkan trend baru dalam menikmati karya-karya seni. Sebagai contoh kasus tulisan ini akan menelaah konten digital beberapa museum besar di wilayah Eropa yang memiliki banyak koleksi karya seni, yaitu The State Hermitage Museum St.Petersburg, Rijk Museum Amsterdam, dan Musee d’Orsay, Paris. Konsep digital museum dalam Google Art & Culture ini diikuti oleh lembaga-lembaga seni di seluruh dunia yang juga menawarkan tur virtual melalui website resmi mereka. Hal ini menjadi salah satu trend dalam budaya digital saat ini. Budaya digital diidentifikasikan sebagai komponen transformasi digital masyarakat saat ini yang membawa dampak pada perubahan sosial masyarakat. Berdasarkan teori Manuel Castells tentang budaya digital dan teori sosial Postmodernisme oleh Jean Baudrillard, tulisan ini akan membahas bagaimana budaya digital membawa pengaruh besar bagi kehidupan sosial masyarakat saat ini dan implikasinya bagi dunia seni budaya di masa yang akan datang.
References
Baudrillard, J. (1988). America. London & New York
BBC – BBC Arts announces new programmes for Culture In Quarantine – Media Centre". Diakses dari www.bbc.co.uk
Castells, M.(2010a). The Power of identity, second edition. Blackwell, Malden.
Castells, M.(2010b). The Rise of network society, second edition. Blackwell, Malden.
Castells, M.(2015). Networks of outrage and hope, second edition. Polity, Cambridge.
E. Hooper-Greenhill (2000). Museums and the interpretation of visual culture. London: Routledge.
Hillier, Bianca (2020). Artists flock to the only 'festival' still on during COVID-19. Diakses dari https://www.pri.org/stories/2020-03-30/artists-flock-only-festival-still-during-covid-19
Rea, Naomi. (2020). Dawn of the online biennial Era? the biennale of sydney becomes the first major international art show to go virtual. Diakses dari : https://news.artnet.com/art-world/the-biennale-of-sydney-is-moving-online-1811871
Simon N. (2010). The participatory museum, Santa Cruz Diakses dari: https://www.participatorymuseum.org/read/ .
The Coronavirus.DW.com. (2020). Diakses dari : https://www.dw.com/en/global-art-market-prices-the-coronavirus-pandemic-corona-panic-is-shaking-it-up-starting-at-sothebys/a-52651815
Theseartis.weforum.org. (2020). Diakses dari : https://www.weforum.org/agenda/2020/04/art-artists-creative-covid19-coronavirus-culture-community/
How.artworkarchive. (2020). Diakses dari : https://www.artworkarchive.com/blog/how-to-experience-art-culture-during-coronavirus
World-famous.weforum.org. (2020). Diakses dari : https://www.weforum.org/agenda/2020/03/world-famous-cultural-institutions-closed-due-to-coronavirus-are-welcoming-virtual-visitors
Corona.mmu.ac.uk. (2020). Diakses dari : https://www.mmu.ac.uk/news-and-events/news/story/?id=12343